Selasa, 28 April 2009

0812-7336-1787 PAKAR SEDOT SEPTICTANK & TERSUMBAT DI BATAM

0812-7336-1787 PAKAR SEDOT SEPTICTANK & TERSUMBAT DI BATAM 






PAKAR JASA SEDOT WC/TINJA/SEPTICTANK & PENANGANAN WC/SALURAN AIR/CLOSET/WASTAFEL TERSUMBAT/MAMPET, Khusus Kota Batam, Kepulauan Riau, Indonesia (Daerah FTZ/Free Trade Zone Indonesia)

Solusi Tepat Penyelesaian & Pembersihan Limbah Domestik Industri, Perkantoran, Gedung/Apartment, Perumahan, Rumah Tangga (septictank suction/cleaning), serta penanganan saluran mampet/tersumbat (clogged handling service)




Sanitasi Buruk Berisiko Tularkan 34 Penyakit

Buruknya sanitasi di suatu wilayah dapat membahayakan kesehatan penduduk di daerah itu. Sebab, buruknya sistem sanitasi dan air dapat mengakibatkan munculnya sebanyak 34 jenis penyakit. Hal itu memperlihatkan betapa pentingya peran sanitasi bagi kesehatan lingkungan.

Demikian disampaikan konsultan Water and Sanitasi Program (WASAP-C) Ir Joko wartono pada pelatihan sumberdaya alam berbasis masyarakat di Benteng Van der Wijck Gombong, Rabu (13/2). Pada kesempatan itu, ia menyampaikan materi sistem sanitasi efektif, lingkungan menjadi sehat kepada peserta pelatihan yang digelar Dinas SDA Jateng atas kerjasama dengan Bank Dunia.

Pria kelahiran Blitar 6 September 1953 itu mencontohkan, penyakit diare dan flu burung adalah dua dari 34 penyakit yang antara lain disebabkan buruknya sistem sanitasi. Misalnya, tanpa mencuci bersih dengan sabun setelah memegang unggas, seseorang dapat tertular dari unggas yang terkena virus flu burung. "Dari penelitian WHO, dengan mencuci tangan dengan sabun, mampu mengurangi risiko munculnya 34 macam penyakit tersebut," imbuhnya.

Dalam paparannya, kesehatan dapat dipengaruhi perilaku manusia. Sedangkan perilaku dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat dan hingga sektor ekonomi. Semakin, tinggi pendidikan dan ekonomi perempauan perempuan makin mengurangi risiko kematian bayi. Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara yang tertinggal dalam menangani kasus kematian bayi. "Kita hanya, menang atas Kamboja dan Laos. Sedangkan dari Vietnam, kita sudah agak ketinggalan," imbuhnya.

Bayi sangat rentan terhadap sanitasi. Padahal sanitasi biasa menjadi tolok ukur tolokukur kesehatan. Hal itu terlihat dari masih tingginya angka kasus kematian bayi akibat menderita diare yang mencapai 100.000 anak setiap tahunnya.
Mengutip penelitian IDB, kerugian ekonomi akibat buruknya sanitasi mencapai 24 persen dari perolehan produk domestik bruto. Dalam satu rumah tangga, kerugian akibat buruknya sanitasi diperkirakan bisa mencapai Rp 120.000/bulan. Padahal dengan investasi pada sanitasi akan mendapatkan keuntungan dengan perbandingan investasi $1 ekonomi tambahnya mencapai $8. "Setidaknya sebanyak 119 juta keluarga saat ini belum punya sanitasi," katanya.

Sebelumnya, sejumlah pembicara juga menyampaikan materi di antaranya, Dr Ir Indreswari Guritno, yang menyampaikan materi pentingnya rehabilitasi dan konservasi dalam kaitannya perubahan iklim. Dosen UI tersebut juga memaparkan materi tentang peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi SDA.

Pembicara lain Triyono MP menyampaikan fungsi hutan dan sekitarnya, berkaitan dengan emisi C02 (gas rumah kaca), Ir Novianto tentang bangunan konservasi dan Ir FX Pri Joewo Guntoro Dipl HE MSi dari Balai Probolo menyampaikan topik hidroli terapan.
( supriyanto/cn05 )

sumber:
http://suaramerdeka.com/cybernews/harian/0802/13/dar16.htm














Tidak ada komentar:

Posting Komentar